HUT Kutim Ke-25 Masuk Rekor MURI, Melukis Batik Wakaroros Terbanyak dengan 1.500 Pelajar
AspirasiNews.id, Sangatta– Kabupaten Kutai Timur (Kutim) kembali menorehkan sejarah tingkat nasional. Kali ini dengan memecahkan rekor MURI (Museum Rekor Indonesia), dalam kategori melukis Batik Wakaroros terbanyak. Kegiatan ini merupakan bagian dari perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-25 Kabupaten Kutim, yang dikemas dalam “Festival Magic Land Kutai Timur 202”.
Festival berlangsung di Kawasan Polder Ilham Maulana, Sangatta, pada Selasa (29/10/2024). Acara ini resmi dibuka oleh Pejabat Sementara (Pjs) Bupati Kutim, HM Agus Hari Kesuma (AHK). Disambut hangat penuh antusias masyarakat, terutama para pelajar yang menjadi garda terdepan dalam upaya pemecahan rekor MURI ini.
Pjs Bupati Kutim, Agus Hari Kesuma dalam sambutannya menyampaikan. Apresiasinya atas kolaborasi lintas sektor, yang terwujud dalam acara ini. Dia mengatakan, bahwa pemecahan rekor ini menjadi bukti nyata bagaimana budaya lokal Kutim mampu menjadi daya tarik nasional dan internasional. Sehingga dirinya menjadikan acara tersebut masuk dalam agenda even tahhunan Kutim yang paling ditunggu.
“Ini adalah kesekian kali kita berhasil mencatatkan Rekor MURI di Kutim. Sebelumnya, kita mencatat rekor memancing dengan peserta terbanyak. Kemudian masakan ikan tuna terbanyak, dengan resep bumbu bawang tiwai. Hari ini kita mengulang kesuksesan, dengan melukis Batik Wakaroros terbanyak,” jelas Agus, dengan nada bangga.
Bagi Agus, pemecahan rekor ini tidak sekadar soal angka. Tetapi lebih kepada bagaimana generasi muda Kutim dapat terlibat langsung, dalam pelestarian budaya lokal. Ia menekankan pentingnya pemahaman, akan warisan budaya di kalangan generasi muda. Terutama mereka yang masuk dalam bonus demografi.
“Generasi muda di Kutim harus mampu menjaga, memahami, dan merasa bangga dengan warisan budaya kita. Dengan begitu, mereka bisa menjadi penggerak kemajuan daerah ini, menuju kesejahteraan,” kata Agus lagi.
Dalam kegiatan spektakuler ini, sebanyak 1.500 pelajar dari tingkat SMP dan SMA turut ambil bagian. Para siswa dari 32 sekolah di Kecamatan Sangatta Utara dan Sangatta Selatan berkumpul, untuk melukis bersama Batik Wakaroros. Yakni motif khas Kutim, yang menggambarkan kekayaan budaya daerah. Keterlibatan masif dari para pelajar ini, juga mendapat dukungan penuh dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kutim. Dikepalai oleh Mulyono selaku Kadisdislkbud Kutiim.
Mulyono menjelaskan, bahwa acara ini bukan sekadar ajang pemecahan rekor saja. Melainkan juga sebagai media edukasi, yang bertujuan untuk menumbuhkan rasa cinta terhadap budaya lokal di kalangan anak muda. Menurutnya, pelestarian batik Wakaroros perlu diperkenalkan sejak dini kepada generasi muda. Agar mereka tidak hanya tau, tetapi juga ikut melestarikan budaya yang ada.
“Melalui kegiatan ini, kita ingin memperkenalkan batik khas Kutim. Yakni sebagai salah satu warisan budaya yang harus dilestarikan. Selain itu, kegiatan ini diharapkan dapat memicu kreativitas anak-anak di bidang seni. Terutama dalam melukis,” ungkap Mulyono.
Tidak hanya memecahkan rekor MURI, acara ini juga dirancang untuk memberi ruang bagi pelajar. Yakni dalam mengekspresikan diri melalui seni. Mulyono menambahkan, bahwa perayaan ini adalah momen penting yang menyatukan nilai seni dan budaya lokal. Dirangkai dalam peringatan hari jadi Kabupaten Kutim.
“Kegiatan ini menjadi sarana bagi pelajar untuk mengekspresikan diri dalam seni. Sekaligus sebagai bentuk perayaan hari jadi ke-25 Kabupaten Kutim,” ujar Mulyono lagi.
Perayaan Budaya yang Menyatukan Generasi Muda dan Masyarakat
Melukis batik Wakaroros bersama, di Festival Magic Land Kutim tidak hanya sekadar memecahkan rekor saja. Tetapi juga mempererat rasa kebersamaan. Dengan tema budaya yang kuat, kegiatan ini telah berhasil menarik antusiasme ribuan masyarakat Kutim. Terutama para pelajar, untuk bersama-sama merayakan keberagaman warisan budaya, yang ada di daerah mereka.
“Kegiatan melukis massal ini diharapkan tidak hanya menjadi perayaan sesaat. Tetapi menjadi kenangan dan kebanggan spesial. Tentunya mampu memperdalam kecintaan generasi muda Kutim terhadap identitas budaya lokal,” beber Mulyono.
Sebagai penutup, rekor MURI ini merupakan pengingat akan potensi dan daya tarik budaya Kutim. Yakni bisa dibawa ke level nasional dan internasional. Dari generasi muda, diharapkan akan terus tumbuh kecintaan dan komitmen untuk menjaga warisan budaya ini.
“Rekor MURI ini membawa Kutim menjadi daerah yang kaya. Tidak hanya kaya dalam sumber daya alam (SDA) saja. Tetapi juga dalam kearifan lokal yang lestari,” seru Mulyono. (Adv/Adm1)