Dispora Kaltim Tegaskan E-Sport Bukan Cabor Prioritas, Rasman: Tidak Masuk PON 2024

Dispora Kaltim Tegaskan E-Sport Bukan Cabor Prioritas, Rasman: Tidak Masuk PON 2024. Disis lain tampak para atlet e-Sport Kaltim meraih beberapa medali dalam ajang Porwada PWI Kalsel 2024 lalu

AspirasiNews.id, Samarinda- Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Kalimantan Timur (Kaltim), belum menetapkan e-sport sebagai cabang olahraga prioritas dalam skema pembinaan prestasi. Meskipun minat dan gairah di lapangan terlihat tinggi, keputusan untuk mendukung penuh masih menunggu bukti lebih konkret. Diketahui e-sport atau olahraga elektronik ini menjelma menjadi fenomena baru yang menyedot perhatian generasi muda. Turnamen demi turnamen terus digelar, komunitas tumbuh pesat, bahkan sekolah dan kampus mulai meliriknya sebagai bagian dari kurikulum atau ekstrakurikuler. Namun, di level kebijakan daerah, respons terhadap tren ini tidak bisa serta-merta mengalir mengikuti antusiasme publik.
Hal ini ditegaskan langsung oleh Kepala Bidang (Kabid) Peningkatan Prestasi Olahraga (PPO) Dispora Kaltim, Rasman Rading. Pihaknya menekankan, bahwa rekam jejak prestasi tetap menjadi dasar utama dalam pengambilan keputusan. Seperti alokasi anggaran dan pembinaan atlet.

“Minatnya luar biasa, kita tidak tutup mata soal itu. Tapi kami tetap harus rasional dalam menyusun skala prioritas,” ujar Rasman mewakili Kepala Dispora Kaltim, HM Agus Hari Kesuma (AHK) beberpa waktu lalu.
Rasman Melanjutkan, pemerintah tidak bisa hanya mengejar tren populer saja. Apalagi jika konteksnya adalah pembinaan prestasi yang menyedot anggaran besar. Dia juga menyebut, bahwa e-sport memang sedang naik daun dan menjadi kegemaran baru kalangan muda. Namun saat ini belum memiliki track record prestasi yang cukup kuat. Terutama di level regional maupun nasional.
“Kita support, tapi karena efisiensi anggaran, maka harus dipilih mana yang layak didorong duluan. E-sport kemarin (2024), bahkan tidak masuk di PON (pekan olahraga nasional). Itu fakta yang harus kita cermati,” tegas Rasman lagi.
Rasman menggambarkan, posisi Dispora Kaltim sebagai instansi yang bukan hanya bertugas menjalankan program saja. Tetapi juga mempertanggungjawabkan efektivitas anggaran di mata publik. Menurutnya, oleh karena itu keputusan pembinaan harus mempertimbangkan hasil nyata, bukan sekadar popularitas semata.
“Jangan sampai setiap tahun dibiayai, tapi tidak ada hasil. Pemerintah juga harus bertanggung jawab ke publik. Kalau tidak ada kontribusi prestasi, ya kami evaluasi. Karena biayanya tidak kecil,” seru Rasman.

Tambah pria berkacamata ini, Dispora Kaltim saat ini memfokuskan pembinaan pada cabang olahraga (Cabor) yang sudah konsisten menyumbang medali bagi daerah. Seperti atletik, pencak silat, taekwondo, panahan, dan angkat besi. Rasman menyebut, dukungan penuh dari pemerintah daerah harus dilandasi oleh kejelasan arah, struktur pembinaan, serta potensi nyata menuju podium.
Meski demikian, bukan berarti e-sport tertutup sepenuhnya dari perhatian pemerintah. Rasman menyatakan, peluang pembinaan tetap terbuka jika ke depan e-sport menunjukkan struktur kompetisi yang rutin. Kemudian pembinaan atlet yang berjenjang, serta partisipasi yang menghasilkan prestasi konkret.
“Kalau ke depan ada pembinaan yang jelas, ada kompetisi yang rutin dan menghasilkan atlet, tentu kita pertimbangkan. Tapi saat ini, yang harus didorong duluan adalah cabang-cabang yang sudah punya bukti kontribusi,” ujar Rasman.
Situasi ini mencerminkan dilema yang dihadapi banyak daerah. Mencari alternatif bagaimana menyeimbangkan antara mendukung perkembangan zaman dan menjaga akuntabilitas fiskal. Apalagi di tengah tekanan efisiensi pasca pandemi. Setiap rupiah dalam APBD mesti diarahkan ke program yang memberi dampak terukur.
Dispora Kaltim sendiri tengah melakukan pemetaan menyeluruh terhadap berbagai cabang olahraga potensial yang bisa difokuskan ke depan. Rasman menegaskan, bahwa pendekatan mereka berbasis data, evaluasi hasil, dan kesiapan sistem pembinaan. Tren memang penting, tapi tidak bisa jadi dasar tunggal dalam menentukan arah kebijakan.
“Tren itu dinamis. Tapi kalau bicara anggaran, kita tidak bisa hanya ikut arus. Harus ada hasil. Harus ada tanggung jawab,” pungkas Rasman.
Diketahui, sementara dunia e-sport terus memikat jutaan mata lewat layar. Keputusannya apakah olahraga ini akan naik ke panggung utama pembangunan olahraga daerah masih menunggu. Bukan hanya soal popularitas, tapi seberapa jauh cabang ini bisa menghadirkan prestasi nyata dan struktur pembinaan yang bisa dipertanggungjawabkan. (Adv/Adm1)